Pengertian Kyai Adalah

Pengertian Kyai - Kyai yaitu orang yang mempunyai ilmu agama (Islam) plus amal dan budpekerti yang sesuai dengan ilmunya. Menurut Saiful Ak...

A+ A-
Pengertian Kyai - Kyai yaitu orang yang mempunyai ilmu agama (Islam) plus amal dan budpekerti yang sesuai dengan ilmunya. Menurut Saiful Akhyar Lubis, menyatakan bahwa “Kyai yaitu tokoh sentral dalam suatu pondok pesantren, maju mundurnya pondok pesantren ditentukan oleh wibawa dan kharisma sang kyai. Karena itu, tidak jarang terjadi, apabila sang kyai di salah satu pondok pesantren wafat, maka pamor pondok pesantren tersebut merosot alasannya kyai yang menggantikannya tidak sepopuler kyai yang telah wafat itu”.

Menurut Abdullah ibnu  Abbas, kyai yaitu orang-orang yang mengetahui bahwa Allah SWT yaitu Dzat yang berkuasa atas segala sesuatu.

Menurut Mustafa al-Maraghi, kyai yaitu orang-orang yang mengetahui kekuasaan dan keagungan Allah SWT sehingga mereka takut melaksanakan perbuatan maksiat. Menurut Sayyid Quthb mengartikan bahwa kyai yaitu orang-orang yang memikirkan dan menghayati ayat-ayat Allah yang mengagumkan sehingga mereka sanggup mencapai ma`rifatullah secara hakiki.

Menurut Nurhayati Djamas menyampaikan bahwa “kyai yaitu sebutan untuk tokoh ulama atau tokoh yang memimpin pondok pesantren”. Sebutan kyai sangat terkenal digunakan di kalangan komunitas santri. Kyai merupakan elemen sentral dalam kehidupan pesantren, tidak saja alasannya kyai yang menjadi penyangga utama kelangsungan sistem pendidikan di pesantren, tetapi juga alasannya sosok kyai merupakan cerminan dari nilai yang hidup di lingkungan komunitas santri. Kedudukan dan efek kyai terletak pada keutamaan yang dimiliki pribadi kyai, yaitu penguasaan dan kedalaman ilmu agama, kesalehan yang tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-hari yang sekaligus mencerminkan nilai-nilai yang hidup dan menjadi ciri dari pesantren ibarat ikhlas,  tawadhu`,  dan orientasi kepada kehidupan ukhrowi untuk mencapai riyadhah.

Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren. Ia seringkali bahkan merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-mata tergantung kemampuan kepribadian kyainya.

Menurut  asal-usulnya perkataan kyai dalam bahasa jawa digunakan untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda :
a.  Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap kramat ; umpamanya, “Kyai Garuda Kencana” digunakan untuk sebutan Kereta Emas yang ada di Kraton Yogyakarta.
b.  Gealar kehormatan untuk orang-orang bau tanah pada umumnya.
c.  Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada spesialis agama Islam yang mempunyai atau yang menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santri. Selain gelar kyai, ia juga disebut dengan orang alim (orang yang dalam pengetahuan keislamanya).

Para kyai dengan kelebihan pengetahuanya dalam islam, sering kali dilihat orang yang senantiasa sanggup memahami keagungan Tuhan dan belakang layar alam, sampai dengan demikian mereka dianggap mempunyai kedudukan yang tidak terjangkau, terutama oleh kebanyakan orang awam. Dalam beberapa hal, mereka menunjukkan kekhususan mereka dalam bentuk berpakaian yang merupakan simbol kealiman yaitu kopiah dan surban.

Seorang pendidik/kyai mempunyai kedudukan layaknya orang bau tanah dalam sikap kelemah-lembutan terhadap murid-muridnya, dan kecintaannya terhadap mereka. Dan ia bertanggung jawab terhadap semua muridnya dalam ihwal kehadiran kyai/pendidik. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Setiap kalian yaitu pemimpin. Dan setiap kalian akan dimintai pertanggung tanggapan atas kepemimpinannya.”  (HR.  Mutafaq Alaih).
Kyai: Anwar Zahid

Ciri-ciri Kyai

Menurut Sayyid Abdullah bin , Alawi Al-Haddad dalam kitabnya An-Nashaihud Diniyah mengemukakan sejumlah kriteria atau ciri-ciri kyai di antaranya ialah: Dia takut kepada Allah, bersikap  zuhud  pada dunia, merasa cukup  (qana`ah)  dengan rezeki yang sedikit dan menyedekahkan harta yang berlebih dari kebutuhan dirinya. Kepada masyarakat dia suka memberi nasehat, ber  amar ma`ruf nahi munkar  dan menyayangi mereka serta suka membimbing ke arah kebaikan dan mengajak pada hidayah. Kepada mereka ia juga bersikap tawadhu`, berlapang dada dan tidak tamak pada apa yang ada pada mereka serta tidak mendahulukan orang kaya daripada yang miskin. Dia sendiri selalu bergegas melaksanakan ibadah, tidak garang sikapnya, hatinya tidak keras dan akhlaknya baik, Di dalam Shahih Muslim di sebutkan dari Ibnu Mas`ud ra, dia berkata. Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan masuk nirwana orang yang didalam hatinya ada kesombongan meskipun seberat zaarah (HR. Muslim).

Menurut Munawar Fuad Noeh menyebutkan ciri-ciri kyai di antaranya yaitu:

a.  Tekun beribadah, yang wajib dan yang sunnah.
b.  Zuhud, melepaskan diri dari ukuran dan kepentingan bahan duniawi
c.  Memiliki ilmu akhirat, ilmu agama dalam kadar yang cukup
d.  Mengerti kemaslahatan masyarakat, peka terhadap kepentingan umum
e.  Dan mengabdikan seluruh ilmunya untuk Allah SWT, niat yang benar dalam bakir dan beramal.

Menurut Imam Ghazali membagi ciri-ciri seorang Kyai di antaranya yaitu:

a.  Tidak mencari kemegahan dunia dengan menjual ilmunya dan tidak memperdagangkan ilmunya untuk kepentingan dunia. Perilakunya sejalan dengan ucapannya dan tidak menyuruh orang berbuat kebaikan sebelum ia mengamalkannya.
b.  Mengajarkan ilmunya untuk kepentingan akhirat, senantiasa dalam mendalami ilmu pengetahuan yang sanggup mendekatkan dirinya kepada Allah SWT, dan menjauhi segala perdebatan yang sia-sia.
c.  Mengejar kehidupan alam abadi dengan mengamalkan ilmunya dan menunaikan banyak sekali ibadah.
d.  Menjauhi godaan penguasa jahat.
e.  Tidak cepat mengeluarkan fatwa sebelum ia menemukan dalilnya dari Al-Qur`an dan As-Sunnah.
f.  Senang kepada setiap ilmu yang sanggup mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Cinta kepada musyahadah (ilmu untuk menyingkap kebesaran Allah SWT), muraqabah (ilmu untuk menyayangi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya), dan optimis terhadap rahmat-Nya,  diantaranya :
1)  Berusaha sekuat-kuatnya mencapai tingkat haqqul-yaqin.
2)  Senantiasa khasyyah kepada Allah, takzim atas segala kebesaran-Nya, tawadhu`, hidup sederhana, dan berakhlak mulia terhadap Allah maupun sesamanya.
3)  Menjauhi ilmu yang sanggup membatalkan amal dan kesucian hatinya.
4)  Memiliki ilmu yang berpangkal di dalam hati, bukan di atas kitab. Ia hanya taklid kepada hal-hal yang telah diajarkan Rasulullah saw.

Tugas-tugas Kyai

Di samping kita mengetahui beberapa kriteria atau ciri-ciri seorang kyai diatas, adapun kiprah dan kewajiban kyai yaitu sebagai berikut:

Menurut Hamdan Rasyid bahwa kyai mempunyai kiprah di antaranya adalah:
Pertama,  Melaksanakan tablikh dan dakwah untuk membimbing umat.  Kyai mempunyai kewajiban mengajar, mendidik dan membimbing umat insan semoga menjadi orang-orang yang beriman dan melaksanakan pedoman Islam.

Kedua, Melaksanakan  amar ma`ruf nahi munkar. Seorang kyai harus melaksanakan  amar ma`ruf  dan  nahi munkar,  baik kepada rakyat kebanyakan (umat) maupun kepada para pejabat dan penguasa Negara (umara), terutama kepada para pemimpin, alasannya sikap dan sikap mereka banyak kuat terhadap masyarakat.

Ketiga,  Memberikan teladan dan teladan yang baik kepadamasyarakat. Para kyai harus konsekwen dalam melaksanakan pedoman Islam untuk diri mereka sendiri maupun keluarga, saudara-saudara, dan sanak familinya. Salah satu penyebab keberhasilan dakwah Rasulullah SAW, adalah  alasannya dia sanggup dijadikan teladan bagi umatnya. Sebagaimana difirmankan dalam surat Al-Ahzab ayat 21: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan  yang baik bagimu”.(QS. Al-Ahzab: 21).

Keempat, Memberikan  klarifikasi kepada masyarakat  terhadap banyak sekali macam pedoman Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah. Para kyai harus  menjelaskan hal-hal tersebut semoga sanggup dijadikanpedoman dan tumpuan dalam menjalani kehidupan.

Kelima, Memberikan  Solusi bagi persoalan-persoalan umat.  Kyai harus bisa memberi keputusan terhadap banyak sekali permasalahan yang dihadapi masyarakat secara adil menurut al-Qur`an dan al-Sunnah.

Keenam,  Membentuk orientasi kehidupan masyarakat yang bermoral dan berbudi luhur.  Dengan demikian, nilai-nilai agama Islamdapat terinternalisasi ke dalam jiwa mereka, yang pada risikonya merekamemiliki tabiat mandiri,  huruf yang kuat dan terpuji, ketaatan dalam beragama, kedisiplinan dalam beribadah, serta menghormati sesama manusia. Jika masyarakat telah mempunyai orientasi kehidupan yang bermoral, maka mereka akan bisa memfilter infiltrasi budaya ajaib dengan mengambil sisi positif dan membuang sisi negatif.

Ketujuh, Menjadi  rahmat bagi seluruh alam  terutama pada masa-masa kritis ibarat saat terjadi ketidak adilan, pelanggaran terhadap Hak-hak  asasi insan (HAM), peristiwa yang melanda manusia, perampokan,pencurian yang terjadi dimana-mana, pembunuhan, sehingga umatpunmerasa diayomi, tenang, tenteram, bahagia, dan sejahtera di bawah bimbingannya.

Related

Agama 2134397634793553752

Technology

Hot in week

Recent

Comments

item