Yang Dimaksud Pengertian Moralitas

Pengertian Moralitas  - Moral,  diambil dari bahasa Latin  mos  (jamak,  mores) yang berarti kebiasaan,  adat. Sementara  moralitas  secara ...

A+ A-
Pengertian Moralitas  - Moral,  diambil dari bahasa Latin  mos  (jamak,  mores) yang berarti kebiasaan,  adat. Sementara  moralitas  secara lughowi juga berasal dari kata mos  bahasa Latin  (jamak, mores) yang berarti kebiasaan, budbahasa istiadat. Kata 'bermoral' mengacu pada  bagaimana suatu masyarakat yang berbudaya berperilaku.  Dan  kata moralitas juga  merupakan kata sifat latin  moralis,mempunyai arti sama dengan moral hanya ada nada lebih abstrak. Kata moral dan  moralitas mempunyai arti yang sama, maka dalam pengertiannya  lebihditekankan pada penggunaan moralitas, alasannya sifatnya yang abstrak. Moralitas ialah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai  yang berkenaan dengan baik dan buruk. Senada  dengan pengertian tersebut, W.Poespoprodjo mendefinisikan moralitas  sebagai ”kualitas  dalam perbuatan insan yang menawarkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas meliputi perihal baik buruknya perbuatan insan .

Baron, dkk mengatakan, sebagaimana dikutip oleh Asri Budiningsih, bahwa moral ialah hal-hal yang bekerjasama dengan larangan dan  tindakan yang membicarakan salah atau benar.  Ada beberapa istilah yang sering dipakai secara bergantian untuk menawarkan maksud yang sama, istilah moral, akhlak, karakter, etika, kecerdikan pekerti dan susila. Dalam    kamus besar bahasa Indonesia, “moral” diartikan sebagai keadaan baik dan buruk yang diterima secara umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, kecerdikan pekerti dan susila.  Moral juga berarti kondisi mental yang terungkap dalam bentuk perbuatan. Selain itu moral berarti sebagai fatwa Kesusilaan. Kata moral sendiri berasal dari bahasa Latin “mores” yang berarti tata cara dalam kehidupan, budbahasa istiadat dan kebiasaan.

Pengertian Moralitas

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral ialah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Moral dipahami sebagai ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, dan patokan-patokan perihal bagaimana insan harus hidup dan bertindak biar ia menjadi insan yang baik. Sumber eksklusif fatwa moral sanggup berupa agama, nasihat para   bijak, orang tua, guru dan sebagainya.  Pendek kata, sumber fatwa moral meliputi agama, budbahasa istiadat, dan ideologi-ideologi tertentu. Maududi membagi moral menjadi dua macam, yakni moral religius dan moral sekuler. Moral religius mengacu pada agama sebagai sumber ajarannya, sedngkan moral sekuler bersumber pada ideologi-ideologi nonagama. Kata moral selalu me ngacu pada baik buruknya tingkah laris manusia. Sedangkan norma-norma moral ialah tolok ukur untuk memilih salah-betulnya sikap dan tindakan insan itu sendiri.  Suatu acara dinyatakan bermoral, apabila sesuai dan sejalan dengan budbahasa kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Dan tidak menutup kemungkinan moralitas di masyarakat tertentu berbeda dengan moralitas pada masyarakat lainnya.

Dengan demikian,  pengertian moral sanggup dipahami dengan mengklasifikasikannya sebagai berikut:
1.  Moral sebagai fatwa kesusilaan, berarti segala sesuatu yang bekerjasama dengan tuntutan untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan baik dan meningalkan perbuatan jelek  yang bertentangan dengan ketentuan yang berlaku dalam suatu masyarakat.
2.  Moral sebagai aturan, berarti ketentuan yang dipakai oleh masyarakat untuk menilai perbuatan seseorang apakah termasuk baik atau buruk.
3.  Moral sebagai tanda-tanda kejiwaan yang  timbul dalam bentuk perbuatan, menyerupai berani, jujur, sabar, gairah dan sebagainya.

Dalam terminologi  Islam, pengertian moral sanggup disamakan dengan pengertian “akhlak”,  dan dalam bahasa Indonesia,  moral dan adab maksudnya sama dengan kecerdikan pekerti atau kesusilaan. Kata adab berasal dari kata khalaqa (bahasa Arab) yang berarti perangai, tabi‟at dan budbahasa istiadat.

Meskipun adab berasal dari bahasa Arab, tetapi kata adab tidak terdapat di dalam al-Quran. Satu-satunya kata yang ditemukan semakna adab dalam al-Quran adalah  bentuk tunggal, yaitu huluk, yang tercantum dalam surat al-Qalam ayat 4: Artinya: dan Sesungguhnya kau benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S al-Qalam ayat:4)

Dalam al-Quran pun Allah menyuruh umatnya untuk menghiasi dirinya dengan perbuatan-perbuatan yang baik  dan jangan mengotori dirinya dengan perbuatan-perbuatan yang tercela,  menyerupai firman Allah dalam surat Asy-Syams ayat:9-10: Artinya :  “Sungguh beruntung orang yang menyucikan (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya”. (Q.S Asy-Syams ayat: 9-10)

Al-Ghazali mendefinisikan adab sebagai suatu perangai (watak/tabi‟at) yang menetap dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya secara gampang dan ringan, tanpa dipikirkan atau direncanakan sebelumnya.  Hal ini juga yang menjadi salah satu  kiprah rasulullah Muhammad SAW, sebagaimana dinyatakan dalam hadits berikut ini: Artinya:  Bahwasanya saya (Muhammad) diutus Allah untuk menyempurnakan keluhuran adab (budi pekerti), (H.R Ahmad).

Pengertian adab menyerupai ini hampir sama dengan yang dikatakan oleh  Ibn Maskawih. Akhlak,  menurut  Ibn  Maskawaih,  ialah suatu keadaan jiwa yang menjadikan timbulnya perbuatan tanpa melalui pertimbangan dan dipikirkan secara mendalam.

Apabila dari perangai tersebut timbul perbuatan baik, maka perbuatan demikian disebut adab baik. Demikian sebaliknya, kalau perbuatan yang ditimbulkannya perbuatan buruk, maka disebut adab jelek.

Pendapat lain yang menguatkan persamaan arti moral dan adab ialah pendapat Muslim Nurdin,  yang menyampaikan bahwa adab ialah seperangkat nilai yang dijadikan tolok ukur untuk memilih baik buruknya suatu perbuatan,  atau suatu sistem nilai yang mengatur pola  sikap dan tindakan manusia.

Dengan demikian,  sanggup dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang fundamental antara adab dan moral. Keduanya sanggup dikatakan sama, kendatipun tidak dipungkiri ada sebagian pemikir yang tidak sependapat dengan mempersamakan kedua istilah tersebut.

Setiap insan dalam hidupnya niscaya mengalami perubahan atau perkembangan, baik perubahan yang bersifat positif atau yang menyangkut perubahan fisik, maupun perubahan yang bersifat ajaib atau perubahan yang bekerjasama dengan aspek psikologis. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam insan (internal) atau yang berasal dari luar (eksternal). Faktor-faktor itulah yang akan memilih apakah proses perubahan insan mengarah pada hal-hal yang bersifat positif atau sebaliknya mengarah pada perubahan yang bersifat negatif.

Berbicara tentang  pembentukan moral, maka tidak  sanggup lepas dari aspek perubahan atau perkembangan manusia. Tentu dalam pembentukan moral ada faktor-faktor yang mempengaruhi,  menyerupai halnya perubahan insan pada umumnya.

Menurut beberapa hebat pendidikan, perubahan insan atau yang lebih spesifik mengenai pembentukan moral dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Namun, mereka berbeda pendapat dalam hal faktor mana yang paling lebih banyak didominasi mempengaruhi proses perubahan tersebut. Perbedaan tersebut diakibatkan alasannya berbedanya sudut pandang atau pendekatan yang dipakai oleh masing-masing tokoh.

Related

Psikologi 7979049665122111503

Technology

Hot in week

Recent

Comments

item