Yang Dimaksud Pengertian Media Dakwah
Pengertian Media Dakwah - Perlu ditekankan, dalam berdakwah tidak selalu harus selalu lewat mimbar atau berorasi. Ada banyak pendekatan dan ...
https://tutorialcarapintar.blogspot.com/2019/02/yang-dimaksud-pengertian-media-dakwah.html
Pengertian Media Dakwah - Perlu ditekankan, dalam berdakwah tidak selalu harus selalu lewat mimbar atau berorasi. Ada banyak pendekatan dan nasehat serta praktek yang bisa ditularkan pada mad’u. Bahkan aktifitas mulia seseorang sanggup menjadi pola banyak orang yang akan membawa pada kemaslahatan umat. Dakwah yang mempunyai barbagai metode dan sarana, menyerupai lewat televisi, radio, majalah, surat kabar, buku, novel, bulletin serta banyak hal lain yang bisa dijadikan sebagai media dakwah yang bila semuanya disusun secara rapi dengan bahasa yang nyaman didengar pendengaran serta dikemas lewat gaya menarik masyarakat bukan tidak mungkin, dakwah akan lebih maju.
Buku-buku Islam sekarang bukan hal sulit yang ingin didapat. Ada banyak buku-buku Islam hasil karya dari para pemikir yang tidak luput dari rujukan al Qur’an dan hadits. Karya sastra yang juga menggoreskan kehidupan masyarakat dan umat pada ketika ini. Sebuah kehidupan yang kental sekali dengan kemasyarakatannya ingin dikemas dalam nilai Islam. Buku sebagai salah satu media dakwah yang bisa kapan saja dibaca dan tidak akan protes bila penikmatnya berkomentar ihwal isi didalamnya. Buku sebuah literature yang sering dipakai da’i sebagai rujukan dalam berdakwah.
Buku pula yang tidak akan habis dimakan jaman.
Sebagai media dakwah, buku banyak menawarkan manfaat lewat saluran tertulisnya. Jangkauan yang sanggup dicapai oleh dakwah dengan media tulis ini lebih luas dari pada memakai media lesan, demikian juga waktu yang dipergunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus untuk kegiatannya. Kapan saja dan dimana saja insan sanggup menikmati sajian dakwah secara tertulis ini, setiap orang yang tidak buta huruf terjangkau oleh media ini.Selain itu kesan yang diterima oleh mad’u dari acara dakwah secara tertulis akan lebih usang dan berpengaruh bahkan sanggup diulang-ulang sesuai dengan kesempatan yang tersedia.
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media yakni mediator atau pengantar pesan dari pengirim kepada peserta pesan. Gerlach dan Ely (1971) menyampaikan bahwa media apabila dipahami secara garis besar yakni manusia, materi, atau insiden yangmembangun kondisi yang menciptakan siswa
bisa memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Mediare yang artinya ‘pengantara’. Maksudnya pengantara atau sarana penghubung, atau alat yang digunakan. Media di dalam komunikasi sebagai suatu pelaksanaan dakwah ialah alat yang dipakai sebagai saluran yang menghubungkan wangsit dengan umat, suatu elemen yang vital yang merupakan urat nadi dalam totalitas pelaksanaan komunikasi untuk tujuan dakwah.
Media dakwah banyak sekali, yang masing-masing sanggup dikelompokkan menjadi:(1). Lisan;(2). Tulisan;(3). Lukisan;(4). Perbuatan. Namun yang akan dibahas peneliti yakni lewat goresan pena lebih spesifiknyaialah buku. Dakwah goresan pena sesungguhnya banyak sekali, bisa lewat artikel, advertensi, berita, berkala, brokchure, buku, bulletin, maklumat, perpustakaan, plakat, spanduk, surat kabar, dan taman bacaan.
Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu: lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak.
Oleh sebab itu, tidak keliru jikalau sekarang acara dakwah bisa dikembangkan melalui media tulisan. Melalui goresan pena yang dikemas secara popular, dan dikirimkan kemudian dimuat di media massa menyerupai di koran, majalah, tabloid maupun bulletin, pesan dakwah sanggup tersebar dan diterima banyak kalangan, dalam waktu pengaksesannya tergantung kepada keluangan mad’u (objek dakwah).
Demikianlah pengertian media dakwah berdasarkan para ahli, dengan adanya goresan pena yang dimuat di media massa, goresan pena dakwah sanggup menawarkan “warna dakwah” terhadap pesan yang berkembang remaja ini. Alangkah disayangkan jikalau suatu media terpaksa menampilkan tulisan-tulisan yang kurang bermutu, apalagi yang “picisan” dan “kekuning-kuningan” hanya sebab jarangnya goresan pena dakwah yang bermutu.
Buku-buku Islam sekarang bukan hal sulit yang ingin didapat. Ada banyak buku-buku Islam hasil karya dari para pemikir yang tidak luput dari rujukan al Qur’an dan hadits. Karya sastra yang juga menggoreskan kehidupan masyarakat dan umat pada ketika ini. Sebuah kehidupan yang kental sekali dengan kemasyarakatannya ingin dikemas dalam nilai Islam. Buku sebagai salah satu media dakwah yang bisa kapan saja dibaca dan tidak akan protes bila penikmatnya berkomentar ihwal isi didalamnya. Buku sebuah literature yang sering dipakai da’i sebagai rujukan dalam berdakwah.
Buku pula yang tidak akan habis dimakan jaman.
Sebagai media dakwah, buku banyak menawarkan manfaat lewat saluran tertulisnya. Jangkauan yang sanggup dicapai oleh dakwah dengan media tulis ini lebih luas dari pada memakai media lesan, demikian juga waktu yang dipergunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus untuk kegiatannya. Kapan saja dan dimana saja insan sanggup menikmati sajian dakwah secara tertulis ini, setiap orang yang tidak buta huruf terjangkau oleh media ini.Selain itu kesan yang diterima oleh mad’u dari acara dakwah secara tertulis akan lebih usang dan berpengaruh bahkan sanggup diulang-ulang sesuai dengan kesempatan yang tersedia.
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media yakni mediator atau pengantar pesan dari pengirim kepada peserta pesan. Gerlach dan Ely (1971) menyampaikan bahwa media apabila dipahami secara garis besar yakni manusia, materi, atau insiden yangmembangun kondisi yang menciptakan siswa
bisa memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Mediare yang artinya ‘pengantara’. Maksudnya pengantara atau sarana penghubung, atau alat yang digunakan. Media di dalam komunikasi sebagai suatu pelaksanaan dakwah ialah alat yang dipakai sebagai saluran yang menghubungkan wangsit dengan umat, suatu elemen yang vital yang merupakan urat nadi dalam totalitas pelaksanaan komunikasi untuk tujuan dakwah.
Media dakwah banyak sekali, yang masing-masing sanggup dikelompokkan menjadi:(1). Lisan;(2). Tulisan;(3). Lukisan;(4). Perbuatan. Namun yang akan dibahas peneliti yakni lewat goresan pena lebih spesifiknyaialah buku. Dakwah goresan pena sesungguhnya banyak sekali, bisa lewat artikel, advertensi, berita, berkala, brokchure, buku, bulletin, maklumat, perpustakaan, plakat, spanduk, surat kabar, dan taman bacaan.
Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu: lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak.
- Lisan yakni media dakwah yang paling sederhana yang memakai pengecap dan suara, dakwah dengan media ini sanggup berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan.
- Tulisan yakni media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar, surat menyurat (korespondensi), spanduk.
- Lukisan yakni media dakwah melalui gambar, karikatur.
- Audiovisual yakni media dakwah yang sanggup merangsang indra pendengaran, penglihatan atau kedua-duanya, menyerupai televise, film slide,OHP, internet.
- Akhlak, yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan positif yang mencerminkan aliran Islam yang secara pribadi sanggup dilihat dan didengarkan oleh mad’u.
Oleh sebab itu, tidak keliru jikalau sekarang acara dakwah bisa dikembangkan melalui media tulisan. Melalui goresan pena yang dikemas secara popular, dan dikirimkan kemudian dimuat di media massa menyerupai di koran, majalah, tabloid maupun bulletin, pesan dakwah sanggup tersebar dan diterima banyak kalangan, dalam waktu pengaksesannya tergantung kepada keluangan mad’u (objek dakwah).
Demikianlah pengertian media dakwah berdasarkan para ahli, dengan adanya goresan pena yang dimuat di media massa, goresan pena dakwah sanggup menawarkan “warna dakwah” terhadap pesan yang berkembang remaja ini. Alangkah disayangkan jikalau suatu media terpaksa menampilkan tulisan-tulisan yang kurang bermutu, apalagi yang “picisan” dan “kekuning-kuningan” hanya sebab jarangnya goresan pena dakwah yang bermutu.