Turorial Berguru Listrik - Daya Reaktif Pada Terusan Transmisi
Daya Reaktif Pada Saluran Transmisi - Dalam susukan transmisi , anutan daya reaktif pada susukan tersebut sangat mempengaruhi kondisi ...
https://tutorialcarapintar.blogspot.com/2019/09/turorial-berguru-listrik-daya-reaktif.html
Daya Reaktif Pada Saluran Transmisi - Dalam susukan transmisi , anutan daya reaktif pada susukan tersebut sangat mempengaruhi kondisi tingkat tegangan pada ujung final disisi penerima. Pemantauan dan pengaturan tingkat tegangan pada ujung akseptor sangat penting dilakukan alasannya apabila pada sisi akseptor tingkat tegangannya lebih tinggi dari batasan yang diperbolehkan akan mengakibatkan kerusakan pada peralatan konsumen dan akan timbul kerugian kerugian lain yang nilainya cukup besar . Pada artikel kali ini, mari kita bahas secara sederhana , bagaimana besarnya daya rekatif pada sebuah susukan transimisi sanggup mempengaruhi tingkat tegangan disisi akseptor .
Untuk membahasnya, kita perlu memakai persamaan baku (teori), yang nantinya mempunyai kegunaan untuk klasifikasi apa imbas daya reaktif terhadap tingkat tegangan disisi akseptor pada sebuah susukan transmisi tersebut.
Berdasarkan teori, rumus untuk menghitung besarnya daya reaktif disisi ujung akseptor yaitu sbb :
Qr = ( Vs . Vr . Cos θ / X1 ) - ( Vr 2/ X1 )
Dimana θ yaitu sudut daya yang dijaga nilainya rendah alasannya alasan stabilitas sistim, X1 adalah reaktansi dari susukan transmisi , Vs adalah tegangan diujung pengiriman dan Vr adalah tegangan diujung akseptor .
Karena sudut θ dijaga serendah mungkin, maka nilai Cos θ mendekati 1, sehingga Qr menjadi :
Penyederhanaan dari persamaan diatas menjadi :
Sekarang , dari persamaan diatas , kita akan jabarkan imbas daya reaktif Qr terhadap tingkat tegangan pada sisi penerima.
Apabila Q1 merupakan besarnya kebutuhan daya reaktif beban pada sisi akseptor dan Q2 daya reaktif yang disediakan oleh pembangkit , maka Qr adalah ( Q1 - Q2 ) .
Kasus - 1
Ketika pasokan Q2 sama dengan ajakan Q1 maka Vs = Vr , sehingga tingkat tegangan pada ujung akseptor final akan sama dengan tingkat tegangan pada ujung pengirim. Kondisi ini merupakan kondisi yang diinginkan ideal).
Kasus - 2
Ketika ajakan Q1 lebih besar dan pasokan Q2 kurang , maka Qr menjadi negatif , sehingga tegangan akseptor final menjadi lebih rendah dari pada tegangan pengirim.
Kasus - 3
Ketika ajakan Q1 kurang , pasokan Q2 tinggi , Qr menjadi konkret . Dengan demikian , tegangan pada sisi akseptor menjadi lebih besar daripada tegangan pengirim , kondisi ini sanggup membahayakan konsumen.
Dengan cara ini , kita sanggup melihat bahwa bagaimana kondisi tegangan dipengaruhi oleh daya reaktif. Kondisi ini pada sisi konsumen sanggup kita lihat sebagai berikut : Selama siang hari , ajakan untuk daya reaktif meningkat (karena aktifitas konsumen ibarat pabrik, rumah tangga dll) , alasannya itu dip tegangan (tegangan rendah) terjadi . Di sisi lain , selama waktu pagi dan malam , ajakan daya reaktif berkurang , sehingga terjadi kenaikan tingkat tegangan pada sisi akseptor . Untuk menjaga tingkat tegangan antara sisi akseptor maupun pengirim sama besar, maka kita perlu menajaga Q1 = Q2 .
Karena sudut θ dijaga serendah mungkin, maka nilai Cos θ mendekati 1, sehingga Qr menjadi :
Qr = ( Vs . Vr . 1 / X1 ) - ( Vr 2/ X1 ) , atau
Qr = ( Vs . Vr / X1 ) - ( Vr 2 / X1 )
Penyederhanaan dari persamaan diatas menjadi :
Vr 2 - ( Vs . Vr ) + ( X1 . Qr ) = 0
Sehingga tegangan disisi penerima , Vr menjadi sbb :
Vr = ( Vs - √ ( Vs 2 - 4 . X1 . Qr ) / 2
Sekarang , dari persamaan diatas , kita akan jabarkan imbas daya reaktif Qr terhadap tingkat tegangan pada sisi penerima.
Apabila Q1 merupakan besarnya kebutuhan daya reaktif beban pada sisi akseptor dan Q2 daya reaktif yang disediakan oleh pembangkit , maka Qr adalah ( Q1 - Q2 ) .
Kasus - 1
Ketika pasokan Q2 sama dengan ajakan Q1 maka Vs = Vr , sehingga tingkat tegangan pada ujung akseptor final akan sama dengan tingkat tegangan pada ujung pengirim. Kondisi ini merupakan kondisi yang diinginkan ideal).
Kasus - 2
Ketika ajakan Q1 lebih besar dan pasokan Q2 kurang , maka Qr menjadi negatif , sehingga tegangan akseptor final menjadi lebih rendah dari pada tegangan pengirim.
Kasus - 3
Ketika ajakan Q1 kurang , pasokan Q2 tinggi , Qr menjadi konkret . Dengan demikian , tegangan pada sisi akseptor menjadi lebih besar daripada tegangan pengirim , kondisi ini sanggup membahayakan konsumen.
Dengan cara ini , kita sanggup melihat bahwa bagaimana kondisi tegangan dipengaruhi oleh daya reaktif. Kondisi ini pada sisi konsumen sanggup kita lihat sebagai berikut : Selama siang hari , ajakan untuk daya reaktif meningkat (karena aktifitas konsumen ibarat pabrik, rumah tangga dll) , alasannya itu dip tegangan (tegangan rendah) terjadi . Di sisi lain , selama waktu pagi dan malam , ajakan daya reaktif berkurang , sehingga terjadi kenaikan tingkat tegangan pada sisi akseptor . Untuk menjaga tingkat tegangan antara sisi akseptor maupun pengirim sama besar, maka kita perlu menajaga Q1 = Q2 .