Yang Dimaksud Pengertian Akhlak
Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jama’ dari khulq yang artinya budi pekert...
https://tutorialcarapintar.blogspot.com/2019/02/yang-dimaksud-pengertian-akhlak.html
Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jama’ dari khulq yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laris dan tabiat. Akhlaq merupakansifat insan yang terdidik. Akhlaq ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau jelek tanpa membutuhkan pertimbangan. Al-khulq ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menjadikan macam-macam perbuatan dengan praktis dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Pengertian secara istilah cukup beragam, namun keragaman tersebut melengkapi pengertian yang lain sehingga kita mendapat pengertian yang luas dan mendalam.
Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M) sebagaimana dijelaskan oleh Asep Umar Ismail, menyatakan bahwa etika merupakan sifat yang tertanam pada jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melaksanakan sesuatu perbuatan tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.
Al-Ghazali (w. 550 H/1111 M) sebagaimana dijelaskanoleh Asmaran, menyatakan bahwa etika ialah citra ihwal keadaan jiwa yang tertanam secara mendalam. Keadaan jiwa itu melahirkan tindakan dengan praktis dan praktis tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
Akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwakehendak itu kalau dibiasakan akan sesuatu, maka kebiasaan itu disebut akhlak. Contohnya, kalau kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah etika dermawan. Al-khulqdisebut sebagai kondisi atau sifat yang telah meresap dan terpatri dalam jiwa, alasannya ialah seandainya ada seseorang yang mendarmakan hartanya yang jarang sekali untuk sesuatu hajat dansecara tiba-tiba, maka bukanlah orang yang demikian itu disebut orang yangdermawan sebagai pantulan dari kepribadiannya.
Akhlak yang baik memunculkan budi pekerti mulia akhlakul mahmudah, yang sanggup membawa kedalam kedamaian dan ketenanganhidup sedangkan etika yang jelek akan memunculkan perbuatan tercela akhlakul madzmumah, yang berujung pada penyesalan, kehinaan dan kebinasaan.
Nilai-nilai etika mulia hendaknya ditanamkan sejakdini melalui pendidikan agama dan diawali dalam lingkungan keluarga, melalui pembudayaan dan pembiasaan. Kebiasaan tersebut kesannya diaplikasikan dan diterapkan dalam pergaulan di masyarakat.
Ciri-ciri perbuatan etika ialah sebagai berikut :
a. Perbuatan etika ialah perbuatan yang tertanam secara terus menerus dalam jiwa seseorang sehingga berpengaruh dan mengakar.
b. Perbuatan etika ialah perbuatan yang dilakukan seseorang dengan praktis dan praktis tanpa memakai pemikiran dan pertimbangan.
c. Perbuatan etika ialah perbuatan yang timbul dalamdiri seseorang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
d. Perbuatan etika ialah perbuatan sesungguhnya, perbuatan yang tidak dilakukan dengan bermain-main atau alasannya ialah sandiwara. Perbuatan etika merupakan perbuatan faktual dalam kondisi sosial.
e. Perbuatan etika ialah perbuatan yang terpuji dikarenakan untuk ibadah atas dasar keimanan dan ketakwaan terhadap Allah, semata-mata mengharapkan keridhoan-Nya.
Untuk menjalani kehidupan dengan baik, insan beriman hendaknya mengikuti etika yang telah dicontohkan oleh Rosullulah. Dengan mencontohnya, etika yang terbentuk merupakan etika yang sempurna.
Akhlak yang baik memunculkan budi pekerti mulia (akhlakul mahmudah), yang sanggup membawa kedalam kedamaian dan ketenangan hidup, sedangkan etika yang jelek akan memunculkanperbuatan tercela (akhlakul madzmumah), yang berujung pada penyesalan, kehinaan dan kebinasaan.
Akhlakul madzmumah atau etika tercela dibedakan atas maksiat lahir dan maksiat batin. Maksiat lahir ialah maksiat yang telah dikerjakan oleh anggota lahir menyerupai tangan, mata,telinga, kaki dan sebagainya. Maksiat batin ialah maksiat yang dikerjakan oleh anggota batin yaitu hati. Kedua maksiat tersebut menciptakan orang celaka. Maksiat lahir menyerupai berkata yang tidak membawa berkah manfaat baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain. Sedangkanmaksiat batin sanggup berupa murka (gadab), sombong, takabur, dan lain sebagainya.
Istilah dalam Akhlak
Dalam pembahasan etika ada beberapa istilah yang sering dipakai untuk menyampaikan akhlak, beberapa istilah tersebut antara lain: etika, moral dan kesusilaan. Untuk pengertian selanjutnya adalahsebagai berikut:
a. Etika
Menurut Ahmad Amin, etika ialah ilmu pengetahuan yang menjelaskan arti baik dan buruk, pertanda apa yang seharusnya dilakukan manusia, menyatakan tujuan yang harus dicapai oleh insan dalam perbuatan mereka, dan menyampaikan jalan untukmelakukan apa yang seharusnya diperbuat oleh manusia.
Soegarda Poerbakawatja etika ialah pengetahuan nilai, pengetahuan ihwal nilai-nilai, ilmu yang mempelajari nilai-nilai, dan kesusilaan ihwal baik dan buruk.
Ki Hajar Dewantara menyebutkan etika ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup insan semuanya, terutama mengenai gerak pikiran dan rasa yang merupakan ertimbangan dan perasaan hingga mengenai tujuan dalam bentuk perbuatan.
Etika ialah yang mempelajari tingkah laris manusia untuk memilih nilai perbuatan tersebut, baik dan buruk, maka ukuran untuk memilih nilai itu ialah nalar pikiran. Atau dengan kata lain dengan akallah orang sanggup memilih baik buruknya perbuatan manusia.
Perbuatan disebut baik alasannya ialah nalar memutuskannya baik, dan jelek alasannya ialah nalar memutuskannya buruk.
b. Moral
Secara bahasa moral berasal dari bahasa Latin mores yang merupakan bentuk jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral ialah penentuan baik jelek terhadap perbuatan dan kelakuan.
Istilah moral dipergunakan untuk memilih batas-batas suatu perbuatan. Moral dipahami juga sebagai prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk. Kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah. Ajaran atau citra ihwal tingkah laris yang baik.
Moral merupakan pedoman atau citra ihwal tingkah laris yang baik, berpedoman pada adat kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Suatu perbuatan dinyatakan bermoral, apabila sesuai dan sejalan dengan adat kebiasaan yang berlaku di masyarakat dan sanggup diterima oleh masyarakat. Bisa jadi moral di suatu masyarakat satu berbeda dengan masyarakat yang lain.
c. Susila
Secara bahasa susila berasal dari bahasa Sansekerta. Su berarti baik atau bagus, sedangkan sila berarti dasar, prinsip, peraturan atau norma. Kaprikornus sanggup diartikan bahwa susila merupakan dasar, prinsip, peraturan atau norma hidup yang baik dan bagus. Istilah susila pun mengandung pengertian peraturan hidup yang lebih cantik atau bagus.
Selain itu, istilah susila sanggup juga berarti sopan, beradab dan baik budi bahasanya. Dengan demikian kesusilaan dengan penambahan awalan ke dan akhiran an sama artinya dengan kesopanan.
Kesusilaan dalam pengertian yang berkembang di masyarakat mengacu kepada makna membimbing, memandu mengarahkan, dan membiasakan seseorang atau kelompok orang untuk hidup sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Susila atau kesusialaan berarti prinsip hidup yang baik, kesopanan dan instruksi untuk menjalani hidup sesuai dengan hukum yang berlaku di masyarakat. Seseorang yang hidup tidak sesuai dengan hukum yang berlaku di masyarakat dinyatakan bahwa yang bersangkutan asusila atau tuna susila, yang berarti tidak mempunyai susila.
Dengan membandingkan pengertian akhlak, etika, moral dan susila. Istilah tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan yang cukup mendasar.
Persamaannya yakni ;
1) Akhlak, etika, moral dan susila mengacu pada ajaranatau citra ihwal perbuatan, tingkah laku, sifat yang baik.
2) Akhlak, etika, moral dan susila merupakan prinsip hukum hidup insan untuk menakar harkat dan martabat kemanusiaannya.
3) Akhlak, etika, moral dan susila tidak semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, akan tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki oleh setiap orang.
Selain terdapat persamaan terdapat pula perbedaan yang menjadi ciri khas dari masing-masing istilah tersebut. Akhlak merupakan istilah yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Nilai-nilai yang memilih baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu perbuatan, kelakuan atau sifat perangai dalam etika bersifat universal dan bersumber dari Allah.
Sementara itu etika merupakan filsafat nilai, etika bersumber dari pemikiran yang mendalam, yang pada pada dasarnya bersumber dari nalar sehat dan hati nurani. Etika sangat tergantung pada aliran filosofis yang menjadi pilihan orang-orang yang menganutnya.
Adapun moral merupakan pedoman atau citra ihwal tingkah laris yang baik dan berlaku di masyarakat. Moral berpedoman pada adat kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Jika etika bersifat konseptual teoritis, maka moral bersifat terapan alasannya ialah mengacu pada apa yang berlaku di masyarakat. Etika dan moral bersumber dari nalar sehat dan nurani yang jernih, berarti kualitas moral masyarakat sangat tergantung kualitas manusianya.
Sedangkan susila atau kesusilaan mempunyai dua pengertian. Pertama dasar, prinsip peraturan atau norma hidup yang baik. Kedua merupakan proses membimbing, membiasakan seseorang atau sekelompok orang untuk hidup sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Moral dan susila bersumber dari pada nalar sehat dan nurani yang telah menjadi kesadaran di suatu masyarakat. Etika, moral dan susila akan bangun kokoh kalau dipadukan etika Islam dan diterapkan dalam setiap langsung muslim, keluarga dan masyarakat.
Pengertian secara istilah cukup beragam, namun keragaman tersebut melengkapi pengertian yang lain sehingga kita mendapat pengertian yang luas dan mendalam.
Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M) sebagaimana dijelaskan oleh Asep Umar Ismail, menyatakan bahwa etika merupakan sifat yang tertanam pada jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melaksanakan sesuatu perbuatan tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.
Al-Ghazali (w. 550 H/1111 M) sebagaimana dijelaskanoleh Asmaran, menyatakan bahwa etika ialah citra ihwal keadaan jiwa yang tertanam secara mendalam. Keadaan jiwa itu melahirkan tindakan dengan praktis dan praktis tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
Akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwakehendak itu kalau dibiasakan akan sesuatu, maka kebiasaan itu disebut akhlak. Contohnya, kalau kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah etika dermawan. Al-khulqdisebut sebagai kondisi atau sifat yang telah meresap dan terpatri dalam jiwa, alasannya ialah seandainya ada seseorang yang mendarmakan hartanya yang jarang sekali untuk sesuatu hajat dansecara tiba-tiba, maka bukanlah orang yang demikian itu disebut orang yangdermawan sebagai pantulan dari kepribadiannya.
Akhlak yang baik memunculkan budi pekerti mulia akhlakul mahmudah, yang sanggup membawa kedalam kedamaian dan ketenanganhidup sedangkan etika yang jelek akan memunculkan perbuatan tercela akhlakul madzmumah, yang berujung pada penyesalan, kehinaan dan kebinasaan.
Nilai-nilai etika mulia hendaknya ditanamkan sejakdini melalui pendidikan agama dan diawali dalam lingkungan keluarga, melalui pembudayaan dan pembiasaan. Kebiasaan tersebut kesannya diaplikasikan dan diterapkan dalam pergaulan di masyarakat.
Ciri-ciri perbuatan etika ialah sebagai berikut :
a. Perbuatan etika ialah perbuatan yang tertanam secara terus menerus dalam jiwa seseorang sehingga berpengaruh dan mengakar.
b. Perbuatan etika ialah perbuatan yang dilakukan seseorang dengan praktis dan praktis tanpa memakai pemikiran dan pertimbangan.
c. Perbuatan etika ialah perbuatan yang timbul dalamdiri seseorang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
d. Perbuatan etika ialah perbuatan sesungguhnya, perbuatan yang tidak dilakukan dengan bermain-main atau alasannya ialah sandiwara. Perbuatan etika merupakan perbuatan faktual dalam kondisi sosial.
e. Perbuatan etika ialah perbuatan yang terpuji dikarenakan untuk ibadah atas dasar keimanan dan ketakwaan terhadap Allah, semata-mata mengharapkan keridhoan-Nya.
Untuk menjalani kehidupan dengan baik, insan beriman hendaknya mengikuti etika yang telah dicontohkan oleh Rosullulah. Dengan mencontohnya, etika yang terbentuk merupakan etika yang sempurna.
Akhlak yang baik memunculkan budi pekerti mulia (akhlakul mahmudah), yang sanggup membawa kedalam kedamaian dan ketenangan hidup, sedangkan etika yang jelek akan memunculkanperbuatan tercela (akhlakul madzmumah), yang berujung pada penyesalan, kehinaan dan kebinasaan.
Akhlakul madzmumah atau etika tercela dibedakan atas maksiat lahir dan maksiat batin. Maksiat lahir ialah maksiat yang telah dikerjakan oleh anggota lahir menyerupai tangan, mata,telinga, kaki dan sebagainya. Maksiat batin ialah maksiat yang dikerjakan oleh anggota batin yaitu hati. Kedua maksiat tersebut menciptakan orang celaka. Maksiat lahir menyerupai berkata yang tidak membawa berkah manfaat baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain. Sedangkanmaksiat batin sanggup berupa murka (gadab), sombong, takabur, dan lain sebagainya.
Akhlak |
Istilah dalam Akhlak
Dalam pembahasan etika ada beberapa istilah yang sering dipakai untuk menyampaikan akhlak, beberapa istilah tersebut antara lain: etika, moral dan kesusilaan. Untuk pengertian selanjutnya adalahsebagai berikut:
a. Etika
Menurut Ahmad Amin, etika ialah ilmu pengetahuan yang menjelaskan arti baik dan buruk, pertanda apa yang seharusnya dilakukan manusia, menyatakan tujuan yang harus dicapai oleh insan dalam perbuatan mereka, dan menyampaikan jalan untukmelakukan apa yang seharusnya diperbuat oleh manusia.
Soegarda Poerbakawatja etika ialah pengetahuan nilai, pengetahuan ihwal nilai-nilai, ilmu yang mempelajari nilai-nilai, dan kesusilaan ihwal baik dan buruk.
Ki Hajar Dewantara menyebutkan etika ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup insan semuanya, terutama mengenai gerak pikiran dan rasa yang merupakan ertimbangan dan perasaan hingga mengenai tujuan dalam bentuk perbuatan.
Etika ialah yang mempelajari tingkah laris manusia untuk memilih nilai perbuatan tersebut, baik dan buruk, maka ukuran untuk memilih nilai itu ialah nalar pikiran. Atau dengan kata lain dengan akallah orang sanggup memilih baik buruknya perbuatan manusia.
Perbuatan disebut baik alasannya ialah nalar memutuskannya baik, dan jelek alasannya ialah nalar memutuskannya buruk.
b. Moral
Secara bahasa moral berasal dari bahasa Latin mores yang merupakan bentuk jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral ialah penentuan baik jelek terhadap perbuatan dan kelakuan.
Istilah moral dipergunakan untuk memilih batas-batas suatu perbuatan. Moral dipahami juga sebagai prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk. Kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah. Ajaran atau citra ihwal tingkah laris yang baik.
Moral merupakan pedoman atau citra ihwal tingkah laris yang baik, berpedoman pada adat kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Suatu perbuatan dinyatakan bermoral, apabila sesuai dan sejalan dengan adat kebiasaan yang berlaku di masyarakat dan sanggup diterima oleh masyarakat. Bisa jadi moral di suatu masyarakat satu berbeda dengan masyarakat yang lain.
c. Susila
Secara bahasa susila berasal dari bahasa Sansekerta. Su berarti baik atau bagus, sedangkan sila berarti dasar, prinsip, peraturan atau norma. Kaprikornus sanggup diartikan bahwa susila merupakan dasar, prinsip, peraturan atau norma hidup yang baik dan bagus. Istilah susila pun mengandung pengertian peraturan hidup yang lebih cantik atau bagus.
Selain itu, istilah susila sanggup juga berarti sopan, beradab dan baik budi bahasanya. Dengan demikian kesusilaan dengan penambahan awalan ke dan akhiran an sama artinya dengan kesopanan.
Kesusilaan dalam pengertian yang berkembang di masyarakat mengacu kepada makna membimbing, memandu mengarahkan, dan membiasakan seseorang atau kelompok orang untuk hidup sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Susila atau kesusialaan berarti prinsip hidup yang baik, kesopanan dan instruksi untuk menjalani hidup sesuai dengan hukum yang berlaku di masyarakat. Seseorang yang hidup tidak sesuai dengan hukum yang berlaku di masyarakat dinyatakan bahwa yang bersangkutan asusila atau tuna susila, yang berarti tidak mempunyai susila.
Dengan membandingkan pengertian akhlak, etika, moral dan susila. Istilah tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan yang cukup mendasar.
Persamaannya yakni ;
1) Akhlak, etika, moral dan susila mengacu pada ajaranatau citra ihwal perbuatan, tingkah laku, sifat yang baik.
2) Akhlak, etika, moral dan susila merupakan prinsip hukum hidup insan untuk menakar harkat dan martabat kemanusiaannya.
3) Akhlak, etika, moral dan susila tidak semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, akan tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki oleh setiap orang.
Selain terdapat persamaan terdapat pula perbedaan yang menjadi ciri khas dari masing-masing istilah tersebut. Akhlak merupakan istilah yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Nilai-nilai yang memilih baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu perbuatan, kelakuan atau sifat perangai dalam etika bersifat universal dan bersumber dari Allah.
Sementara itu etika merupakan filsafat nilai, etika bersumber dari pemikiran yang mendalam, yang pada pada dasarnya bersumber dari nalar sehat dan hati nurani. Etika sangat tergantung pada aliran filosofis yang menjadi pilihan orang-orang yang menganutnya.
Adapun moral merupakan pedoman atau citra ihwal tingkah laris yang baik dan berlaku di masyarakat. Moral berpedoman pada adat kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Jika etika bersifat konseptual teoritis, maka moral bersifat terapan alasannya ialah mengacu pada apa yang berlaku di masyarakat. Etika dan moral bersumber dari nalar sehat dan nurani yang jernih, berarti kualitas moral masyarakat sangat tergantung kualitas manusianya.
Sedangkan susila atau kesusilaan mempunyai dua pengertian. Pertama dasar, prinsip peraturan atau norma hidup yang baik. Kedua merupakan proses membimbing, membiasakan seseorang atau sekelompok orang untuk hidup sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Moral dan susila bersumber dari pada nalar sehat dan nurani yang telah menjadi kesadaran di suatu masyarakat. Etika, moral dan susila akan bangun kokoh kalau dipadukan etika Islam dan diterapkan dalam setiap langsung muslim, keluarga dan masyarakat.