Yang Dimaksud Pengertian Amdal (Analisis Mengenai Pengaruh Lingkungan )

Analisis  Mengenai  Dampak  Lingkungan  (AMDAL),  yang  dalam  bahasa  Inggris diistilahkan dengan  Environmental Impact Analysis, telah sec...

A+ A-
c. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL): RKL  adalah  dokumen  yang  memuat  upaya-upaya  untuk mencegah,  mengendalikan  dan menanggulangi  dampak  penting  lingkungan hidup  yang  bersifat  negatif  serta memaksimalkan  dampak  positif  yang  terjadi  akibat  rencana  suatu  kegiatan. Upaya-upaya tersebut  dirumuskan  berdasarkan  hasil  arahan  dasar-dasar  pengelolaan dampak  yang
dihasilkan dari kajian ANDAL.

d. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL): RPL yaitu dokumen yang memuat program-program pemantauan untuk melihat perubahan lingkungan yang disebabkan oleh dampak-dampak yang berasal dari planning kegiatan. Hasil pemantauan  ini  digunakan  untuk  mengevaluasi  efektifitas  upaya-upaya  pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan, ketaatan pemrakarsa terhadap peraturan lingkungan hidup dan  dapat  digunakan  untuk mengevaluasi  akurasi  prediksi  dampak  yang  digunakan  dalam
kajian ANDAL.

Adapun bagi penegak aturan lingkungan, ANDAL, RKL, dan RPL, atau UKL dan UPL memperlihatkan beberapa manfaat mudah sebagai berikut:
a.  Dokumentasi ANDAL,  RKL  dan  RPL  atau UKL  dan UPL menjadi  alat  bukti  tentang  apakah pemilik serta pengurus acara  telah melaksanakan upaya pencegahan pencemaran  dan/ atau perusakan lingkungan hidup secara baik dan sungguh-sungguh.
b.  Dokumentasi ANDAL, RKL dan RPL atau UKL dan UPL juga sanggup dijadikan tolak ukur  untuk mengetahui bahwa pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan terjadi lantaran faktor  kelalaian. Hal  ini sanggup  terjadi demikian bila pemilik acara sudah melaksanakan  langkah-langkah pencegahan sesuai dengan apa yang digariskan dalam RKL dan/atau UKL, tetapi pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup terjadi juga.
c.  Dokumentasi ANDAL, RKL dan RPL atau UKL dan UPL juga sanggup dijadikan tolak ukur  untuk mengetahui bahwa pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan terjadi lantaran faktor kesenjangan.  Hal  ini  dapat  terjadi  apabila  pemilik  kegiatan  berusaha  mempergunakan teknologi  pencegahan  pencemaran  yang  lebih  murah  dari  apa  yang  ditetapkan  dalam dokumen  RKL  dan/  atau  UKL.  Penggunaan  teknologi  murah  dimaksud  menimbulkan terjadinya pencemaran lingkungan hidup.

Untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan aturan lingkungan yang  begitu  pesat,  maka  Undang-Undang  Nomor  4  Tahun  1982  tentang  Pokok-Pokok Pengelolaan  Lingkungan  Hidup  (selanjutnya  disebut  UULH)  setelah  berlaku  lebih  kurang selama 15  tahun, dipembaharukan menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997  tentang Pengelolaan  Lingkungan  Hidup  (selanjutnya  disebut  UUPLH)  yang  mengatur  mengenai pengelolaan  lingkungan  hidup  yang  berkesinambungan  dan  berkelanjutan.  Selanjutnya UUPLH ini pada 3 Oktober 2009 telah dirubah menjadi Undang-Undang wacana Perlindungan Dan Penyelesaian Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009 selanjutnya UUPPLH. UUPPLH tersebut belaku  sebagai payung atau umbrella act  atau umbrella provision  atau dalam  ilmu
aturan disebut kaderwet atau raamwet, alasannya hanya diatur ketentungan pokoknya saja. Oleh karenanya harus didukung oleh banyak peraturan pelaksana.

Sehubungan dengan prosedur/tata laksana AMDAL, Peraturan Pemeritah Nomor 27 Tahun 2012 telah memutuskan mekanisme yang harus ditempuh sebagai berikut:
1. Pemrakarsa  menyusun  Kerangka  Acuan  (KA)  bagi  pembuatan  dokumen AMDAL.  Kemudian  disampaikan  kepada  Komisi  AMDAL.  Kerangka  Acuan tersebut  diproses  selama  75  hari  kerja  sejak  diterimanya  oleh  komisi AMDAL. Jika  lewat waktu  yang  ditentukan  ternyata  Komisi AMDAL  tidak memperlihatkan tanggapan,  maka  dokumen  Kerangka  Acuan  tersebut  menjadi  sah  untuk dipakai sebagai dasar penyusunan ANDAL.

2. Pemrakarsa  menyusun  dokumen  Analisis  Dampak  Lingkungan  (ANDAL), Rencana  Pengelolaan  Lingkungan  (RKL),  Rencana  Pemantauan  Lingkungan (RPL),  kemudian  disampaikan  kepada  instansi  yang  bertanggung  jawab  untuk diproses dengan menyerahkan dokumen  tersebut kepada komisi penilai AMDAL untuk dinilai.

3. Hasil penilaian dari Komisi AMDAL disampaikan kembali kepada  instansi yang bertanggung  jawab untuk mengeluarkan keputusan dalam  jangka waktu 75 hari. Apabila dalam  jangka waktu yang  telah disediakan,  ternyata belum diputus oleh instansi yang bertanggung jawab, maka dokumen tersebut tidak layak lingkungan.

4. Apabila  dalam  jangka  waktu  yang  telah  ditentukan,  ternyata  instansi  yang bertanggung  jawab  mengeluarkan  keputusan  penolakan  karena  dinilai  belummemenuhi anutan teknis AMDAL, maka kepada pemrakarsa diberi kesempatan untuk memperbaikinya.

5. Hasil  perbaikan  dokumen  AMDAL  oleh  pemrakarsa  diajukan  kembali  kepada instansi yang bertanggung jawab untuk diproses dalam memberi keputusan sesuai dengan Pasal 19 dan Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999.

6. Apabila dari dokumen AMDAL sanggup disimpulakan bahwa dampak negatif tidak sanggup ditanggulangi menurut  ilmu dan  teknologi, atau biaya penanggulangan dampak negatif lebih besar dibandingkan dampak positifnya.

Pasal  16 UULH  menyatakan  sebagai  berikut  “Setiap  rencana  yang  diperkirakan  mempunyai dampak  penting  terhadap  lingkungan  wajib  dilengkapi  dengan  analisis  mengenai  dampak lingkungan yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah”. Dari ketentuan pasal 16 UULH sanggup disimpulkan dua hal yaitu:
1. Analisis  mengenai  dampak  lingkungan  merupakan  bagian  dari  proses  perencanaan, dan instrumen pengambilan keputusan.
2. Tidak semua planning acara itu wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan,  yang  wajib  dilengkapi  dengan  analisis  mengenai  dampak  lingkungan hanyalah yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan.

Untuk mengukur  atau memilih  dampak  besar  dan  penting  tersebut  diantaranya  digunakan kriteria mengenai:
1. Besarnya jumlah insan yang akan terkena dampak planning perjuangan dan/atau kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran dampak
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak
5. Sifat kumulatif dampak
6. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.

Menurut PP No. 27 Tahun 1999 Pasal 3  ayat  (1), perjuangan dan  atau acara  yang kemungkinan
sanggup menjadikan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup meliputi:
1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam
2. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak terbaharui
3. Proses  dan  kegiatan  yang  secara  potensial  dapat  menimbulkan  pemborosan, pencemaran dan kerusakan  lingkungan hidup,  serta kemerosotan  sumber  daya  alam dalam pemanfaatannya.
4. Proses dan acara yang akibatnya sanggup menghipnotis lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya
5. Proses  dan  kegiatan  yang  hasilnya  akan  dapat menghipnotis  pelestarian  kawasan konservasi sumber daya dan/atau sumbangan cagar budaya
6. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan, dan jenis jasad renik

Jenis-jenis planning perjuangan dan/atau acara yang wajib dilengkapi dengan AMDAL sanggup dilihat pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 17 tahun 2001 wacana Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL. Jenis perjuangan dan/atau acara wajib AMDAL ibarat pertahanan dan keamanan, pertanian, perikanan, kehutanan, kesehatan dan lain-lain.

Related

pengertian 4120498773454952172

Technology

Hot in weekRecentComments

Hot in week

Recent

Comments

item