Yang Dimaksud Pengertian Drama
Kata drama berasal dari kata Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya, jadi drama berarti perbuatan...
https://tutorialcarapintar.blogspot.com/2019/02/yang-dimaksud-pengertian-drama.html
Kata drama berasal dari kata Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya, jadi drama berarti perbuatan atau tindakan. Drama yakni kesenian yang melukiskan sifat dan sikap insan dan harus melahirkan kehendak insan dengan action dan perilaku.
Istilah drama juga dikenal berasal dari kata drama (Perancis) yang digunakan untuk menjelaskan lakon-lakon ihwal kehidupan kelas menengah. Drama yakni salah satu bentuk seni yang bercerita melalui percakapan dan action tokoh-tokohnya. Percakapan atau obrolan itu sendiri bisa diartikan sebagai action. Kata kunci drama yakni gerak. Setiap drama akan mengandalkan gerak sebagai ciri khusus drama. Kata kunci ini yang membedakan dengan puisi dan prosa fiksi.
Drama ataupun teater yakni pertunjukan yang terjadi pada dunia manusia. Pelaku drama tentu insan yang berakal berdrama. Berdrama artinya berakal memoles situasi, bisa berminyak air, bisa menyatakan yang tidak sebenarnya, dan imajinatif.
Drama yakni karya sastra yang disusun untuk melukiskan hidup dan acara memakai aneka tindakan, dialog, dan permainan karakter. Drama penuh dengan permainan akting dan abjad yang memukau penonton. Drama merupakan karya yang dirancang untuk pentas teater. Oleh lantaran itu, membicarakan drama terperinci tak akan lepas dari aspek komposisi yang kreatif.
Sebuah drama pada hakikatnya hanya terdiri atas dialog. Mungkin dalam drama ada petunjuk pementasan, namun petunjuk pementasan ini bahwasanya hanya dijadikan pedoman oleh sutradara dan para pemain. Oleh lantaran itu, obrolan para tokoh dalam drama disebut sebagai teks utama (hauptext) dan petunjuk lakuannya disebut teks sampingan (nebentext).
Drama ibarat sebuah gambaran kehidupan masyarakat yang diceritakan lewat pertunjukan. Drama yakni hidup yang dilukiskan dengan gerak, drama yakni menyaksikan kehidupan insan yang diekspresikan secara langsung. Drama yakni sebuah karya tulis berupa rangkaian obrolan yang membuat atau tercipta dari konflik batin atau fisik dan mempunyai kemungkinan untuk dipentaskan. Drama yakni kesenian yang melukiskan sifat dan sikap insan dan harus melahirkan kehendak insan denga action dan perilaku.
Dilihat dari beberapa pengertian drama yang telah diungkapkan tersebut tidak terlihat perumusan yang mengarahkan pengertian drama kepada pengertian dimensi sastranya, melainkan hanya kepada dimensi seni lakonkya saja, padahal, meskipun drama ditulis dengan tujuan untuk dipentaskan, tidaklah berarti bahwa semua karya drama yang ditulis pengarang haruslah dipentaskan. Tanpa dipentaskan sekalipun karya drama tetap sanggup dipahami, dimengerti, dan dinikmati. Tentulah pemahaman dan penikmatan atas karya drama tersebut lebih pada aspek kisah sebagai ciri genre sastra dan bukan sebagai karya seni lakon. Oleh alasannya itu, dengan mengabaikan aspek sastra di dalam drama hanya akan memperlihatkan pemahaman yang tidak menyeluruh terhadap suatu bentuk karya seni yang disebut drama.
Pengertian drama yang dikenal selama ini yang hanya diarahkan kepada dimensi seni pertunjukkan atau seni lakon ternyata memperlihatkan gambaran yang kurang baik terhadap drama khususnya bagi masyarakat Indonesia. Konsepsi bahwa drama yakni peniruan atau tindakan yang tidak sebenarnya, berpura-pura di atas pentas, menghasilkan idiom-idiom yang memperlihatkan bahwa drama bukanlah dianggap “sesuatu’ yang serius dan berwibawa. Pernyataan ibarat “janganlah Kamu bersandiwara!” atau “pemilihan pimpinan organisasi itu merupakan panggung drama saja!”, memperlihatkan bahwa istilah drama atau sandiwara digunakan untuk suatu usikan ketidakseriusan. Harus diluruskan pengertian “peniruan”di dalam drama semoga tidak disalahkan oleh masyarakat. Di samping itu, kenyataan ini tentulah amat bertentangan dengan hakikat sastra bahwa kebenaran, keseriusan,merupakan hal-hal yang dibicarakan di dalam sastra. Dengan demikian, drama sebagai salah satu genre sastra seharusnya dipahami bahwa didalamnya terkandung nilai-nilai kebenaran dan keseriusan, dan bukan sekedar ”permainan” sehingga hakikatnya drama yakni karya yang mempunyai dua dimensi karakteristik, yaitu dimensi seni pertunjukkan dan dimensi satra.
Sebagai sebuah genre sastra, drama memungkikan ditulis dalam bahasa yang memikat dan mengesankan. Drama sanggup ditulis oleh pengarangnya dengan mempergunakan bahasa sebagaimana sebuah sajak. Penuh irama dan kaya akan suara yang indah namun sekaligus menggambarkan watak-watak insan secara tajam. Kaprikornus drama merupakan suatu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog-dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukkan.
Paling sedikit ada tiga pihak yang saling berkaitan dalam pementasan, yaitu sutradara, pemain, dan penonton. Mereka mustahil bertemu jikalau tidak ada naskah (teks). Secara praktis, pementasan bermula dari naskah yang dipilih oleh sutradara, tentunya sehabis memulai proses studi. Ia mempunyai penafsiran pokok atas drama itu yangs selanjutnya ia tawarkan kepada para pemain dan pekerja panggung (teknisi). Persoalan drama dalam dimensi seni pertunjukan masih terlihat sederhana lantaran sehabis ini, penonton yang menjadi tahu bahwa drama telah menjadi suatu seni pertunjukan yang siap dinikmati. Bagi para pemain, unsur komposisi pentas harus dikuasai dengan sangat baik lantaran unsur ini merupakan sarana utama bagi para pemain untuk berekspresi. Apapun adegan, tindakan, serta sikap (akting) para pemain harus mereka mainkan di arena pentas. Pemain harus mengetahui posisi di mana mereka melaksanakan laris drama di atas pentas. Posisi pemain di atas pentas memperlihatkan imbas tertentu bagi efektivitas tidaknya laris dramatik yang dilakukan tersebut.
Teknik bermain (acting) merupakan unsur yang penting dalam seni seorang pemain (actor) merupakan alam maupun yang bukan. Pemain menurut talenta alam dan yang bukan perlu mengetahui seluk-beluk teknik bermain, meskipun cara mereka mendapat teknik itu berbeda.
Konsep teknik bermain drama yang dirumuskan sanggup disebutkan bahwa bermain tugas yakni memberi bentuk lahir pada adab dan emosi aktor, baik dalam laris dramatik maupun di dalam ucapan. Konsep pedoman teknik bermain drama tersebut antara lain, konsentrasi, kemampuan mendayagunakan emosional, kemampuan laris dramatik, kemampuan melaksanakan observasi, kemampuan menguasai irama.
Istilah drama juga dikenal berasal dari kata drama (Perancis) yang digunakan untuk menjelaskan lakon-lakon ihwal kehidupan kelas menengah. Drama yakni salah satu bentuk seni yang bercerita melalui percakapan dan action tokoh-tokohnya. Percakapan atau obrolan itu sendiri bisa diartikan sebagai action. Kata kunci drama yakni gerak. Setiap drama akan mengandalkan gerak sebagai ciri khusus drama. Kata kunci ini yang membedakan dengan puisi dan prosa fiksi.
Drama ataupun teater yakni pertunjukan yang terjadi pada dunia manusia. Pelaku drama tentu insan yang berakal berdrama. Berdrama artinya berakal memoles situasi, bisa berminyak air, bisa menyatakan yang tidak sebenarnya, dan imajinatif.
Drama yakni karya sastra yang disusun untuk melukiskan hidup dan acara memakai aneka tindakan, dialog, dan permainan karakter. Drama penuh dengan permainan akting dan abjad yang memukau penonton. Drama merupakan karya yang dirancang untuk pentas teater. Oleh lantaran itu, membicarakan drama terperinci tak akan lepas dari aspek komposisi yang kreatif.
Sebuah drama pada hakikatnya hanya terdiri atas dialog. Mungkin dalam drama ada petunjuk pementasan, namun petunjuk pementasan ini bahwasanya hanya dijadikan pedoman oleh sutradara dan para pemain. Oleh lantaran itu, obrolan para tokoh dalam drama disebut sebagai teks utama (hauptext) dan petunjuk lakuannya disebut teks sampingan (nebentext).
Drama Mask |
Drama ibarat sebuah gambaran kehidupan masyarakat yang diceritakan lewat pertunjukan. Drama yakni hidup yang dilukiskan dengan gerak, drama yakni menyaksikan kehidupan insan yang diekspresikan secara langsung. Drama yakni sebuah karya tulis berupa rangkaian obrolan yang membuat atau tercipta dari konflik batin atau fisik dan mempunyai kemungkinan untuk dipentaskan. Drama yakni kesenian yang melukiskan sifat dan sikap insan dan harus melahirkan kehendak insan denga action dan perilaku.
Dilihat dari beberapa pengertian drama yang telah diungkapkan tersebut tidak terlihat perumusan yang mengarahkan pengertian drama kepada pengertian dimensi sastranya, melainkan hanya kepada dimensi seni lakonkya saja, padahal, meskipun drama ditulis dengan tujuan untuk dipentaskan, tidaklah berarti bahwa semua karya drama yang ditulis pengarang haruslah dipentaskan. Tanpa dipentaskan sekalipun karya drama tetap sanggup dipahami, dimengerti, dan dinikmati. Tentulah pemahaman dan penikmatan atas karya drama tersebut lebih pada aspek kisah sebagai ciri genre sastra dan bukan sebagai karya seni lakon. Oleh alasannya itu, dengan mengabaikan aspek sastra di dalam drama hanya akan memperlihatkan pemahaman yang tidak menyeluruh terhadap suatu bentuk karya seni yang disebut drama.
Pengertian drama yang dikenal selama ini yang hanya diarahkan kepada dimensi seni pertunjukkan atau seni lakon ternyata memperlihatkan gambaran yang kurang baik terhadap drama khususnya bagi masyarakat Indonesia. Konsepsi bahwa drama yakni peniruan atau tindakan yang tidak sebenarnya, berpura-pura di atas pentas, menghasilkan idiom-idiom yang memperlihatkan bahwa drama bukanlah dianggap “sesuatu’ yang serius dan berwibawa. Pernyataan ibarat “janganlah Kamu bersandiwara!” atau “pemilihan pimpinan organisasi itu merupakan panggung drama saja!”, memperlihatkan bahwa istilah drama atau sandiwara digunakan untuk suatu usikan ketidakseriusan. Harus diluruskan pengertian “peniruan”di dalam drama semoga tidak disalahkan oleh masyarakat. Di samping itu, kenyataan ini tentulah amat bertentangan dengan hakikat sastra bahwa kebenaran, keseriusan,merupakan hal-hal yang dibicarakan di dalam sastra. Dengan demikian, drama sebagai salah satu genre sastra seharusnya dipahami bahwa didalamnya terkandung nilai-nilai kebenaran dan keseriusan, dan bukan sekedar ”permainan” sehingga hakikatnya drama yakni karya yang mempunyai dua dimensi karakteristik, yaitu dimensi seni pertunjukkan dan dimensi satra.
Sebagai sebuah genre sastra, drama memungkikan ditulis dalam bahasa yang memikat dan mengesankan. Drama sanggup ditulis oleh pengarangnya dengan mempergunakan bahasa sebagaimana sebuah sajak. Penuh irama dan kaya akan suara yang indah namun sekaligus menggambarkan watak-watak insan secara tajam. Kaprikornus drama merupakan suatu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog-dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukkan.
Paling sedikit ada tiga pihak yang saling berkaitan dalam pementasan, yaitu sutradara, pemain, dan penonton. Mereka mustahil bertemu jikalau tidak ada naskah (teks). Secara praktis, pementasan bermula dari naskah yang dipilih oleh sutradara, tentunya sehabis memulai proses studi. Ia mempunyai penafsiran pokok atas drama itu yangs selanjutnya ia tawarkan kepada para pemain dan pekerja panggung (teknisi). Persoalan drama dalam dimensi seni pertunjukan masih terlihat sederhana lantaran sehabis ini, penonton yang menjadi tahu bahwa drama telah menjadi suatu seni pertunjukan yang siap dinikmati. Bagi para pemain, unsur komposisi pentas harus dikuasai dengan sangat baik lantaran unsur ini merupakan sarana utama bagi para pemain untuk berekspresi. Apapun adegan, tindakan, serta sikap (akting) para pemain harus mereka mainkan di arena pentas. Pemain harus mengetahui posisi di mana mereka melaksanakan laris drama di atas pentas. Posisi pemain di atas pentas memperlihatkan imbas tertentu bagi efektivitas tidaknya laris dramatik yang dilakukan tersebut.
Teknik bermain (acting) merupakan unsur yang penting dalam seni seorang pemain (actor) merupakan alam maupun yang bukan. Pemain menurut talenta alam dan yang bukan perlu mengetahui seluk-beluk teknik bermain, meskipun cara mereka mendapat teknik itu berbeda.
Konsep teknik bermain drama yang dirumuskan sanggup disebutkan bahwa bermain tugas yakni memberi bentuk lahir pada adab dan emosi aktor, baik dalam laris dramatik maupun di dalam ucapan. Konsep pedoman teknik bermain drama tersebut antara lain, konsentrasi, kemampuan mendayagunakan emosional, kemampuan laris dramatik, kemampuan melaksanakan observasi, kemampuan menguasai irama.