Yang Dimaksud Pengertian Klenteng
Pengertian Klenteng - Nama Klenteng merupakan istilah khusus di Indonesia, alasannya yaitu di negara-negara lain tidak dijumpai istilah men...
https://tutorialcarapintar.blogspot.com/2019/02/yang-dimaksud-pengertian-klenteng.html
Pengertian Klenteng - Nama Klenteng merupakan istilah khusus di Indonesia, alasannya yaitu di negara-negara lain tidak dijumpai istilah menyerupai ini termasuk di negara asalnya. Mengenai asal ajakan istilah Klenteng ada yang mengemukakan bahwa di dalam kuil dibunyikan lonceng yang berbunyi teng, teng, teng. Selain itu ada juga yang mengemukakan hubungannya dengan biji kapok yang disebut klenteng, dan di dalam klenteng terdapat lampu minyak kelapa (Shen Deng) yang memakai minyak kelapa atau minyak biji kapok. Ada juga yang mengemukakan hubungannya dengan Kwan Im Ting, tetapi semua itu belum sanggup dibuktikan kebenarannya.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa klenteng yaitu bangunan daerah memuja (berdoa dan bersembahyang) dan melaksanakan upacara-upacara keagamaan bagi penganut agama Khonghucu. Sedang berdasarkan Badudu Zain dalam kamus Umum Bahasa Indonesia, klenteng berarti rumah daerah berdoa atau memuja Sang Pencipta bagi orang yang beragama Khonghucu, sedangkan istilah Mio / Bio dalam kamus Mandarin-Indonesia diterjemahkan sebagai kuil atau klenteng.
Klenteng sudah ada semenjak turunnya wahyu Tuhan untuk Ru Jia atau agama Khonghucu baik dalam Kitab Suci Wu Jing maupun Su Si. Asal mula daerah ibadah itu merupakan daerah persujudan kepada Tuhan, yang semula disebut Jiao yang lalu diikuti oleh daerah kebaktian kepada leluhur yang disebut Mio atau Bio.
Perkembangan selanjutnya dibangun pula daerah suci untuk penghormatan kepada Nabi Kongzi dan paraSuci lainnya. Begitupun sesudah masuknya agama Budha dan Tao gres disini dibangun ruang untuk penghormatan bagi para Suci Budhis dan Tao di dalam klenteng yang lalu ditetapkan di Indonesia dengan sebutan Tempat IbadahTri Dharma disingkat menjadi TITD.
Di Indonesia Bio/Klenteng dibangun secara bergotong royong oleh para imigran Tionghoa, biasanya tidak berjauhan dengan lokasi pasar, bangunannya berarsitek Tiongkok, umumnya terdiri atas dua bab bangunan induk yang bab atasnya tinggi menjulang dan keempat sudutnya runcing mencuat. Bagian depan sebagai serambi terbuka, ditempatkan sebuah altar besar dimana para jemaah bersembahyang dengan posisi menghadap ke arah pintu masuk untuk bersujud kepada Thian Tuhan Yang MahaEsa. Bagian belakang yang pada bab depan, ditempatkan altar utama bagi Shen Ming / Sin Bing / Para Suci yang dianggap sebagai “Tuan Rumah”. Dan di bab kanan kirinya ditempatkan altar bagi para Shen Ming lainnya.
Pada masa sesudah tahun 1965, pemerintah Orde Baru yang gres terbentuk sesudah insiden 1965, bermaksud menghentikan kekerabatan diplomat dengan Republik Tiongkok dan merencanakan sejumlah tindakan guna menetapkan pertalian masyarakat Tionghoa. Semua perkumpulan marga orang Tionghoa dibubarkan, pemakaian huruf huruf Han / Tionghoa di tempat-tempat umum
dilarang.
Pada masa Orde Baru, klenteng merupakan sebuah rumah ibadah yang diperuntukkan bagi tiga umat agama, balasannya sering dikenal dengan nama TITD (Tempat Ibadah Tri Dharma),yaitu Budha, Taoisme dan Khonghucu. Semangat anti Tionghoa pada masa itu, mengharuskan semua bentuk kebudayaan Tionghoa tidak boleh dipertunjukkan kepada masyarakat umum.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa klenteng yaitu bangunan daerah memuja (berdoa dan bersembahyang) dan melaksanakan upacara-upacara keagamaan bagi penganut agama Khonghucu. Sedang berdasarkan Badudu Zain dalam kamus Umum Bahasa Indonesia, klenteng berarti rumah daerah berdoa atau memuja Sang Pencipta bagi orang yang beragama Khonghucu, sedangkan istilah Mio / Bio dalam kamus Mandarin-Indonesia diterjemahkan sebagai kuil atau klenteng.
Klenteng sudah ada semenjak turunnya wahyu Tuhan untuk Ru Jia atau agama Khonghucu baik dalam Kitab Suci Wu Jing maupun Su Si. Asal mula daerah ibadah itu merupakan daerah persujudan kepada Tuhan, yang semula disebut Jiao yang lalu diikuti oleh daerah kebaktian kepada leluhur yang disebut Mio atau Bio.
Perkembangan selanjutnya dibangun pula daerah suci untuk penghormatan kepada Nabi Kongzi dan paraSuci lainnya. Begitupun sesudah masuknya agama Budha dan Tao gres disini dibangun ruang untuk penghormatan bagi para Suci Budhis dan Tao di dalam klenteng yang lalu ditetapkan di Indonesia dengan sebutan Tempat IbadahTri Dharma disingkat menjadi TITD.
Di Indonesia Bio/Klenteng dibangun secara bergotong royong oleh para imigran Tionghoa, biasanya tidak berjauhan dengan lokasi pasar, bangunannya berarsitek Tiongkok, umumnya terdiri atas dua bab bangunan induk yang bab atasnya tinggi menjulang dan keempat sudutnya runcing mencuat. Bagian depan sebagai serambi terbuka, ditempatkan sebuah altar besar dimana para jemaah bersembahyang dengan posisi menghadap ke arah pintu masuk untuk bersujud kepada Thian Tuhan Yang MahaEsa. Bagian belakang yang pada bab depan, ditempatkan altar utama bagi Shen Ming / Sin Bing / Para Suci yang dianggap sebagai “Tuan Rumah”. Dan di bab kanan kirinya ditempatkan altar bagi para Shen Ming lainnya.
Pada masa sesudah tahun 1965, pemerintah Orde Baru yang gres terbentuk sesudah insiden 1965, bermaksud menghentikan kekerabatan diplomat dengan Republik Tiongkok dan merencanakan sejumlah tindakan guna menetapkan pertalian masyarakat Tionghoa. Semua perkumpulan marga orang Tionghoa dibubarkan, pemakaian huruf huruf Han / Tionghoa di tempat-tempat umum
dilarang.
Pada masa Orde Baru, klenteng merupakan sebuah rumah ibadah yang diperuntukkan bagi tiga umat agama, balasannya sering dikenal dengan nama TITD (Tempat Ibadah Tri Dharma),yaitu Budha, Taoisme dan Khonghucu. Semangat anti Tionghoa pada masa itu, mengharuskan semua bentuk kebudayaan Tionghoa tidak boleh dipertunjukkan kepada masyarakat umum.