Yang Dimaksud Pengertian Pembelajaran Kolaboratif
Pengertian Pembelajaran Kolaboratif - Beberapa riset mengambarkan bahwa penerima didik akan berguru dengan lebih baik kalau mereka secara a...
https://tutorialcarapintar.blogspot.com/2019/02/yang-dimaksud-pengertian-pembelajaran.html
Pengertian Pembelajaran Kolaboratif - Beberapa riset mengambarkan bahwa penerima didik akan berguru dengan lebih baik kalau mereka secara aktif terlibat pada proses pembelajaran dalam suatu kelompok-kelompok kecil. Peserta didik yang bekerja dalam kelompok-kelompok kecil cenderung berguru lebih banyak wacana materi asuh dan mengingatnya lebih usang dibandingkan kalau materi asuh tesebut dihadirkan dalam bentuk lain, contohnya bentuk dalam ceramah, tanpa memandang materi ajarnya (Warsono dan Hariyanto, 2012: 66-67). Barkley, Cross dan Major, menjelaskan bahwa di dalam pembelajaran kolaboratif, diterapkan taktik berguru dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok berguru yang dan setiap anggota kelompok tersebut harus bekerja sama secara aktif untuk meraih tujuan yang telah ditentukan dalam sebuah aktivitas dengan struktur tertentu sehingga terjadi proses pembelajaran yang penuh makna.
Berdasarkan pendapat di atas, sanggup disimpulkan bahwa pembelajaran kolaboratif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kelompok untuk membangun pengetahuan dan mencapai tujuan pembelajaran bersama melalui interaksi sosial di bawah bimbingan pendidik baik di dalam maupun di luar kelas, sehingga terjadi pembelajaran yang penuh makna dan siswa akan saling menghargai bantuan semua anggota kelompok.
Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh hebat bahwa pembelajaran kolaboratif sangat seakan-akan dengan pembelajaran kelompok yang lainnya. Menurut Warsono dan Hariyanto, suatu pembelajaran termasuk pembelajaran kolaboratif apabila anggota kelompoknya tidak tertentu atau ditetapkan terlebih dahulu, sanggup beranggotakan dua orang, beberapa orang atau bahkan lebih dari tujuh orang. Lebih lanjut Warsono dan Hariyanto, mengemukakan bahwa pembelajaran kolaboratif sanggup terjadi setiap saat, tidak harus di sekolah, misal sekelompok siswa saling membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan pembelajaran kolaboratif sanggup berlangsung antar siswa yang berbeda kelas maupun dari sekolah yang berbeda. Jadi, pembelajaran kolaboratif sanggup bersifat informal yaitu tidak harus dilaksanakan di dalam kelas dan pembelajaran tidak perlu terstruktur dengan ketat. Berdasarkan pendapat dari Warsono dan Hariyanto di atas maka sanggup diketahui bahwa pembelajaran kolaboratif dapat dilakukan di mana saja, di kelas maupun di luar kelas bahkan sanggup terjadi antara kelompok besar siswa sekolah yang satu dengan siswa sekolah yang lain.
Langkah-langkah dalam penerapan metode pembelajaran kolaboratif berdasarkan Barkley, Cross dan Major (2012: 45-140) terdiri dari lima langkah, yaitu a) mengorientasikan siswa; b) membentuk kelompok belajar; c) menyusun kiprah pembelajaran; d) memfasilitasi kerja sama siswa; dan e) memberi nilai dan mengevaluasi pembelajaran kolaboratif yang telah dilaksanakan.
Pembelajaran kolaboratif menuntut siswa untuk mengambil peran-peran gres dan membangun ketrampilan-ketrampilan yang berbeda dari ketrampilan yang lazim mereka lakoni dalam kelas tradisional. Meski peran-peran dan ketrampilan-ketrampilan gres ini sangat baik dipelajari melalui tugas-tugas pembelajaran berfokus konten yang berkelanjutan, namun akan sangat bermanfaat kalau semenjak awal siswa diperkenalkan pada perubahan ekspektasi belajar.
Memberi alokasi waktu yang cukup bagi siswa untuk saling mengenal satu sama lain, membangun kepercayaan, membangun solidaritas komunitas kelas dan membangun aturan-aturan kelompok akan menjamin bahwa pembelajaran bergerak menuju awal yang faktual dengan membantu mengorientasikan siswa pada pembelajaran kolaboratif yang efektif (Barkley, Cross dan Major, 2012: 64).
Menurut Barkley, Cross dan Major, cara yang sanggup dipakai untuk memperkenalkan siswa pada peran-peran dan ketrampilan-ketrampilan kolaboratif terbagi dalam tiga kategori, yaitu: 1) pendahuluan dan pemecahan kebekuan; 2) kebijakan dan mekanisme pembelajaran; dan 3) orientasi pada pembelajaran kolaboratif.
Berdasarkan pendapat di atas, sanggup disimpulkan bahwa pembelajaran kolaboratif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kelompok untuk membangun pengetahuan dan mencapai tujuan pembelajaran bersama melalui interaksi sosial di bawah bimbingan pendidik baik di dalam maupun di luar kelas, sehingga terjadi pembelajaran yang penuh makna dan siswa akan saling menghargai bantuan semua anggota kelompok.
Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh hebat bahwa pembelajaran kolaboratif sangat seakan-akan dengan pembelajaran kelompok yang lainnya. Menurut Warsono dan Hariyanto, suatu pembelajaran termasuk pembelajaran kolaboratif apabila anggota kelompoknya tidak tertentu atau ditetapkan terlebih dahulu, sanggup beranggotakan dua orang, beberapa orang atau bahkan lebih dari tujuh orang. Lebih lanjut Warsono dan Hariyanto, mengemukakan bahwa pembelajaran kolaboratif sanggup terjadi setiap saat, tidak harus di sekolah, misal sekelompok siswa saling membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan pembelajaran kolaboratif sanggup berlangsung antar siswa yang berbeda kelas maupun dari sekolah yang berbeda. Jadi, pembelajaran kolaboratif sanggup bersifat informal yaitu tidak harus dilaksanakan di dalam kelas dan pembelajaran tidak perlu terstruktur dengan ketat. Berdasarkan pendapat dari Warsono dan Hariyanto di atas maka sanggup diketahui bahwa pembelajaran kolaboratif dapat dilakukan di mana saja, di kelas maupun di luar kelas bahkan sanggup terjadi antara kelompok besar siswa sekolah yang satu dengan siswa sekolah yang lain.
Langkah-langkah dalam penerapan metode pembelajaran kolaboratif berdasarkan Barkley, Cross dan Major (2012: 45-140) terdiri dari lima langkah, yaitu a) mengorientasikan siswa; b) membentuk kelompok belajar; c) menyusun kiprah pembelajaran; d) memfasilitasi kerja sama siswa; dan e) memberi nilai dan mengevaluasi pembelajaran kolaboratif yang telah dilaksanakan.
Pembelajaran kolaboratif menuntut siswa untuk mengambil peran-peran gres dan membangun ketrampilan-ketrampilan yang berbeda dari ketrampilan yang lazim mereka lakoni dalam kelas tradisional. Meski peran-peran dan ketrampilan-ketrampilan gres ini sangat baik dipelajari melalui tugas-tugas pembelajaran berfokus konten yang berkelanjutan, namun akan sangat bermanfaat kalau semenjak awal siswa diperkenalkan pada perubahan ekspektasi belajar.
Memberi alokasi waktu yang cukup bagi siswa untuk saling mengenal satu sama lain, membangun kepercayaan, membangun solidaritas komunitas kelas dan membangun aturan-aturan kelompok akan menjamin bahwa pembelajaran bergerak menuju awal yang faktual dengan membantu mengorientasikan siswa pada pembelajaran kolaboratif yang efektif (Barkley, Cross dan Major, 2012: 64).
Menurut Barkley, Cross dan Major, cara yang sanggup dipakai untuk memperkenalkan siswa pada peran-peran dan ketrampilan-ketrampilan kolaboratif terbagi dalam tiga kategori, yaitu: 1) pendahuluan dan pemecahan kebekuan; 2) kebijakan dan mekanisme pembelajaran; dan 3) orientasi pada pembelajaran kolaboratif.
- Berdasarkan pendapat tersebut, sanggup dijelaskan bahwa proses mengorientasikan siswa sangat dibutuhkan dalam pembelajaran kolaboratif, alasannya yaitu hal tersebut berkhasiat untuk memperkenalkan siswa terhadap metode pembelajaran gres yang belum pernah diketahui oleh siswa sebelumnya, semoga penerapan proses pembelajaran kolaboratif di dalam kelas sanggup berjalan lancar.