Yang Dimaksud Pengertian Praktik
Praktik merupakan suatu tindakan yang domain utamanya yaitu sikap, namun sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (behavior). Suat...
https://tutorialcarapintar.blogspot.com/2019/02/yang-dimaksud-pengertian-praktik.html
Praktik merupakan suatu tindakan yang domain utamanya yaitu sikap, namun sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (behavior). Suatu sikap sanggup terwujud menjadi suatu tindakan positif maka dibutuhkan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya suatu tindakan tersebut. Faktor pendukung tersebut mencakup faktor kemudahan dan faktor dukungan.
Walgito menyebutkan praktik yaitu tindakan yang timbul sebagai jawaban dari adanya stimulus. Lebih lanjut Walgito menjelaskan bahwa tindakan dibagi menjadi dua yaitu reflektif dan non reflektif. Tindakan yang reflektif terjadi atas reaksi secara impulsif terhadap stimulus yang didapat menyerupai kedipan mata. Tindakan non reflektif terjadi dari adanya kendali dari sentra kesadaran atau otak.
Stimulus sehabis diterima oleh reseptor kemudian diteruskan ke otak sebagai sentra syaraf, sentra kesadaran gres kemudian terjadi respon melalui afektor. Tindakan yang bersifat non reflektif ini sanggup dikendalikan, yang berarti tindakan non reflektif sanggup diatur oleh individu dan sangat berkaitan dengan kesadaran individu yang bersangkutan.
Seorang tokoh ternama yang sangat berperan dalam teori pembelajaran sikap yaitu B.F. Skinner mempelajari kekerabatan antara tingkah laris dan konsekuensinya. Menurut skinner, berguru merupakan
perubahan suatu tindakan. Prinsip yang paling penting dalam teori praktik yaitu bahwa praktik akan berubah sesuai dengan konsekuensi-konsekuensi pribadi dari praktik tersebut. Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat tindakan, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan akan memperlemah tindakan. Dengan kata lain, konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan akan meningkatkan frekuensi seseorang untuk melaksanakan tindakan yang serupa, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan akan menurunkan frekuensi seseorang untuk melaksanakan tindakan yang serupa.
Konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan disebut penguat (reinforcer), sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut eksekusi (punisher). Menurut Slavin penggunaan konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan untuk mengubah praktik itu disebut pengkondisisan operan (operant conditioning).
Notoatmodjo membagi tingkatan praktik mencakup :
a. Persepsi
Mengenal dan menentukan banyak sekali objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil yaitu merupakan praktik tingkat pertama. Kaitannya dengan praktik orientasi perawat terhadap pasien gres yaitu bagaimana perawat sanggup mempersepsikan kiprah dan tanggung jawabnya khususnya terhadap praktik orientasi guna menjelaskan hak dan tanggung jawab pasien selama dirawat di rumah sakit.
b. Respon terpimpin
Dapat melaksanakan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan pola yaitu merupakan indikator praktik tingkat dua. Respon terpimpin dalam hal ini yaitu mekanisme kerja Standar Operasional Perawatan (SOP) dimana pada tahap awal sesuai urutan kerjanya yaitu memperlihatkan orientasi pasien dan keluarga wacana hak dan tanggung jawab pasien.
c. Mekanisme
Apabila seseorang telah sanggup melaksanakan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka beliau sudah mencapai praktik pada tingkat tiga. Praktik orientasi terhadap pasien gres apabila dilaksanakan secara rutin maka akan menjadi kebiasaan bagi perawat dan tidak lagi menjadi beban dalam memikul taggung jawab pekerjaan.
d. Adaptasi
Adaptasi yaitu suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tingkatannya tersebut. Perawat dengan pengalamannya selama bekerja balasannya tidak lagi membutuhkan buku panduan untuk melaksanakan praktik orientasi terhadap pasien gres dan bahkan sanggup melaksanakan beberapa modifikasi semoga tidak terkesan kaku dan angker bagi pasien dengan tidak mengurangi atau menambahkan inti kebenarannya.
Praktik atau tindakan positif seseorang terhadap suatu hal dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Faktor-faktor tersebut meliputi:
a. Faktor-faktor Predisposisi (predisposition faktors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya tindakan seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi. Faktor predisposisi dalam praktik orientasi perawat ini sanggup berupa pengetahuan perawat wacana arti penting orientasi dan ada hak yang harus disampaikan oleh perawat kepada pasien melalui orientasi tersebut. Pengetahuan perawat memegang peranan penting terhadap praktik orientasi pasien baru. Perawat yang tidak mengetahuai salah satu standar SOP yaitu praktik orientasi pasien gres tentunya tidak akan terealisasi pratik orientasi ini. Pengetahuan perawat sendiri wacana praktik orientasi terhadap pasien gres akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan perawat serta pengalaman selam bekerja sebagai perawat di rumah sakit. Selain itu didukung oleh sikap perawat yang memperlihatkan pemberian terhadap praktik orientasi pada pasien baru.
b. Faktor pemungkin (enabling factors) yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau menfasilitasi tindakan. Artinya faktor pemungkin yaitu sarana dan prasarana atau kemudahan untuk terjadinya tindakan. Faktor pemungkin yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu sarana yang tersedia menyerupai lembar yang berisikan hak-hak pasien yang harus dibacakan, atau lembar tata tertib rumah sakit yang harus dipatuhi oleh pasien.
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) yaitu faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya tindakan. Faktor penguat disini sanggup berupa dorongan yang diberikan oleh rekan kerja yang lain untuk melaksanakan orientasi terhadap pasien gres yaitu semua perawat melaksanakan hal yang sama sehingga merasa ada kewajiban yang menempel untuk melaksanakan orientasi terhadap pasien baru.
Walgito menyebutkan praktik yaitu tindakan yang timbul sebagai jawaban dari adanya stimulus. Lebih lanjut Walgito menjelaskan bahwa tindakan dibagi menjadi dua yaitu reflektif dan non reflektif. Tindakan yang reflektif terjadi atas reaksi secara impulsif terhadap stimulus yang didapat menyerupai kedipan mata. Tindakan non reflektif terjadi dari adanya kendali dari sentra kesadaran atau otak.
Stimulus sehabis diterima oleh reseptor kemudian diteruskan ke otak sebagai sentra syaraf, sentra kesadaran gres kemudian terjadi respon melalui afektor. Tindakan yang bersifat non reflektif ini sanggup dikendalikan, yang berarti tindakan non reflektif sanggup diatur oleh individu dan sangat berkaitan dengan kesadaran individu yang bersangkutan.
Seorang tokoh ternama yang sangat berperan dalam teori pembelajaran sikap yaitu B.F. Skinner mempelajari kekerabatan antara tingkah laris dan konsekuensinya. Menurut skinner, berguru merupakan
perubahan suatu tindakan. Prinsip yang paling penting dalam teori praktik yaitu bahwa praktik akan berubah sesuai dengan konsekuensi-konsekuensi pribadi dari praktik tersebut. Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat tindakan, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan akan memperlemah tindakan. Dengan kata lain, konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan akan meningkatkan frekuensi seseorang untuk melaksanakan tindakan yang serupa, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan akan menurunkan frekuensi seseorang untuk melaksanakan tindakan yang serupa.
Praktik untuk sukses |
Notoatmodjo membagi tingkatan praktik mencakup :
a. Persepsi
Mengenal dan menentukan banyak sekali objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil yaitu merupakan praktik tingkat pertama. Kaitannya dengan praktik orientasi perawat terhadap pasien gres yaitu bagaimana perawat sanggup mempersepsikan kiprah dan tanggung jawabnya khususnya terhadap praktik orientasi guna menjelaskan hak dan tanggung jawab pasien selama dirawat di rumah sakit.
b. Respon terpimpin
Dapat melaksanakan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan pola yaitu merupakan indikator praktik tingkat dua. Respon terpimpin dalam hal ini yaitu mekanisme kerja Standar Operasional Perawatan (SOP) dimana pada tahap awal sesuai urutan kerjanya yaitu memperlihatkan orientasi pasien dan keluarga wacana hak dan tanggung jawab pasien.
c. Mekanisme
Apabila seseorang telah sanggup melaksanakan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka beliau sudah mencapai praktik pada tingkat tiga. Praktik orientasi terhadap pasien gres apabila dilaksanakan secara rutin maka akan menjadi kebiasaan bagi perawat dan tidak lagi menjadi beban dalam memikul taggung jawab pekerjaan.
d. Adaptasi
Adaptasi yaitu suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tingkatannya tersebut. Perawat dengan pengalamannya selama bekerja balasannya tidak lagi membutuhkan buku panduan untuk melaksanakan praktik orientasi terhadap pasien gres dan bahkan sanggup melaksanakan beberapa modifikasi semoga tidak terkesan kaku dan angker bagi pasien dengan tidak mengurangi atau menambahkan inti kebenarannya.
Praktik atau tindakan positif seseorang terhadap suatu hal dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Faktor-faktor tersebut meliputi:
a. Faktor-faktor Predisposisi (predisposition faktors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya tindakan seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi. Faktor predisposisi dalam praktik orientasi perawat ini sanggup berupa pengetahuan perawat wacana arti penting orientasi dan ada hak yang harus disampaikan oleh perawat kepada pasien melalui orientasi tersebut. Pengetahuan perawat memegang peranan penting terhadap praktik orientasi pasien baru. Perawat yang tidak mengetahuai salah satu standar SOP yaitu praktik orientasi pasien gres tentunya tidak akan terealisasi pratik orientasi ini. Pengetahuan perawat sendiri wacana praktik orientasi terhadap pasien gres akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan perawat serta pengalaman selam bekerja sebagai perawat di rumah sakit. Selain itu didukung oleh sikap perawat yang memperlihatkan pemberian terhadap praktik orientasi pada pasien baru.
b. Faktor pemungkin (enabling factors) yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau menfasilitasi tindakan. Artinya faktor pemungkin yaitu sarana dan prasarana atau kemudahan untuk terjadinya tindakan. Faktor pemungkin yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu sarana yang tersedia menyerupai lembar yang berisikan hak-hak pasien yang harus dibacakan, atau lembar tata tertib rumah sakit yang harus dipatuhi oleh pasien.
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) yaitu faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya tindakan. Faktor penguat disini sanggup berupa dorongan yang diberikan oleh rekan kerja yang lain untuk melaksanakan orientasi terhadap pasien gres yaitu semua perawat melaksanakan hal yang sama sehingga merasa ada kewajiban yang menempel untuk melaksanakan orientasi terhadap pasien baru.